Kamu masih ingat cerita tentang Pangeran Kodok yang ternyata adalah seorang Pangeran di sebuah kerajaan.Nah cerita ku kali ini mengenai kodok juga whehehe kasih tahu gak yah . . .
Langsung aja yuk . . .
Cerita
ini berawal dari layar monitor dikamarku. Sebagian waktuku aku habiskan
bersama komputerku, karena dengan komputer aku bisa mengetik kerjaanku,
buat cerita, puisi, ikuti berbagai event dan lomba di internet. Wah . .
. keren pokoknya.
Suatu hari kakakku yang dari Jogja pulang ke rumah, seru banget liat dia chattingan sambil ngeliatin cam temannya. Penasaran . . makanya aku minta ajarin sama kakakku. Seru ternyata . . .
Suatu hari kakakku yang dari Jogja pulang ke rumah, seru banget liat dia chattingan sambil ngeliatin cam temannya. Penasaran . . makanya aku minta ajarin sama kakakku. Seru ternyata . . .
Mulai
saat itu aku jadi menyukai kodok, mulai dari boneka, baju, gelang, ikat
rambut, gambar dan semua yang berhubungan dengan kodok. Nah . . . tapi
kalau sama kodok beneran aku takut iuuuuuhhh.
Berawal darisana aku sangat mendambakan Pangeran kodok layaknya cerita-cerita yang sering aku dengar. Tapi, hari gini mana ada ya Pangeran Kodok. Oalah mimpi kali yaaaa . . .
HOREEEEEE . . . Akhirnya aku bisa pergi ke rumah Bude bersama keluargaku. Asyik . . . Sudah lama aku pengen ke rumah Bude. Disini udaranya sangat dingin, makanya aku bawa baju dingin, topi, sarung tangan, syal dan tentu saja boneka kodok kesayanganku. Di tempat Bude ada peternakan kuda, wuiiiihhh keren . . . aku bisa naik kuda sepuasnya nanti sesampainya disana.
Singkat cerita . . .
Aku dan keluargaku sampai di rumah Bude. Wah . . . rumah Bude sudah berubah lebih luas, ada bunga-bunga yang indah di pekarangan rumahnya. Aku tak sabar untuk segera menunggangi kuda, wah ada kuda putih disana. Aku langsung mendekati kuda itu, kuda yang ini memang tidak di sewakan Bude karena kuda putih ini galak dan semua yang naik ke atasnya jatuh terlempar. Kuda itu seakan tidak mau ditunggangi siapapun. Aku cuma menyukai kuda yang ini, namun penjaga kuda itu melarangku untuk menungganginya. Bude berteriak dari kejauhan dan melarang aku untuk menaiki kuda yang putih.
Tapi aku tetap mendekati kuda itu, mengusapnya lembut. Perlahan aku mencoba naik keatasnya, mencoba untuk menunggangi kuda itu. Kuda itu tenang hanya menghentakkan kakinya, lalu aku coba untuk menjalankan kuda itu. Kuda itu berjalan pelan, aku senang . . . sekilas aku melihat penjaga kuda itu khawatir melihatku. Namun kini dia menyunggingkan seutas senyum diwajahnya tatkala melihatku berhasil menunggangi kuda itu.
Aku mengarahkan kuda putih itu mengelilingi kota itu, kota yang begitu tenang. Semua penduduk di sini melihat heran ke arahku, apa karena aku menunggangi kuda putih ini . . . dari belakang kulihat penjaga kuda tadi mengikutiku, pasti Bude yang menyuruhnya.
Sudah lama aku tidak ke tempat ini, begitu banyak yang berubah. Aku melihat sebuah wahana taman bermain, aku berhenti tepat didepannya. Wahana itu tutup, ternyata wahana bermain tutup setiap tanggal merah (hari besar).
HOREEEEEE . . . Akhirnya aku bisa pergi ke rumah Bude bersama keluargaku. Asyik . . . Sudah lama aku pengen ke rumah Bude. Disini udaranya sangat dingin, makanya aku bawa baju dingin, topi, sarung tangan, syal dan tentu saja boneka kodok kesayanganku. Di tempat Bude ada peternakan kuda, wuiiiihhh keren . . . aku bisa naik kuda sepuasnya nanti sesampainya disana.
Singkat cerita . . .
Aku dan keluargaku sampai di rumah Bude. Wah . . . rumah Bude sudah berubah lebih luas, ada bunga-bunga yang indah di pekarangan rumahnya. Aku tak sabar untuk segera menunggangi kuda, wah ada kuda putih disana. Aku langsung mendekati kuda itu, kuda yang ini memang tidak di sewakan Bude karena kuda putih ini galak dan semua yang naik ke atasnya jatuh terlempar. Kuda itu seakan tidak mau ditunggangi siapapun. Aku cuma menyukai kuda yang ini, namun penjaga kuda itu melarangku untuk menungganginya. Bude berteriak dari kejauhan dan melarang aku untuk menaiki kuda yang putih.
Tapi aku tetap mendekati kuda itu, mengusapnya lembut. Perlahan aku mencoba naik keatasnya, mencoba untuk menunggangi kuda itu. Kuda itu tenang hanya menghentakkan kakinya, lalu aku coba untuk menjalankan kuda itu. Kuda itu berjalan pelan, aku senang . . . sekilas aku melihat penjaga kuda itu khawatir melihatku. Namun kini dia menyunggingkan seutas senyum diwajahnya tatkala melihatku berhasil menunggangi kuda itu.
Aku mengarahkan kuda putih itu mengelilingi kota itu, kota yang begitu tenang. Semua penduduk di sini melihat heran ke arahku, apa karena aku menunggangi kuda putih ini . . . dari belakang kulihat penjaga kuda tadi mengikutiku, pasti Bude yang menyuruhnya.
Sudah lama aku tidak ke tempat ini, begitu banyak yang berubah. Aku melihat sebuah wahana taman bermain, aku berhenti tepat didepannya. Wahana itu tutup, ternyata wahana bermain tutup setiap tanggal merah (hari besar).